Ada kalanya Continue reading
Author Archives: kokoiang
13 Oktober
Denting piano kala jemari menari Lagu itu sudah berputar 4 kali, tapi aku masih duduk di cafe ini. Di posisi bangku ini. Di waktu ini. Untung saja, bajunya berbeda. Oh, tapi potongan rambutku masih yang ini. Supaya kau tak lupa kalau melihatku lagi. Masih nunggu Jo ya, Le? Iya, Su. Uda lama ya dia ga … Continue reading
Jejak
Matahari menuju terbenam membuat biasan warna lembayung jadi enak sekali dilihat. Ini hari terakhir dalam sebuah putaran bumi pada matahari. Hari yang selalu menjadi hari yang ramai karena semua berfestival. Jalan-jalan padat. Rumah-rumah meriah. Banyak juga yang merenung ulang makna keberadaan. Hari yang unik. Terbersit ingatan segar dalam tiap kejadian setahun ke belakang. Mencoba berpikir … Continue reading
Sudut Pandang
Sudahkah kau melihat fotoku hari ini? Ha! Terdengar posesif ya. Aku hanya penasaran, apakah kau seperti aku, yang setiap hari masih saja memandang fotomu minimal 1 kali per hari. Memandang dengan seksama, senti per senti. Mulai dari rambutmu, keningmu, matamu, hidungmu, pipimu mulutmu, dagumu, dan semuanya. Percayakah kau? Aku tak bohong. Makanya, aku bertanya, hanya … Continue reading
Tenang
** Ketika begitu banyak ketidakpastian atau ketidakteraturan, disitulah biasanya cemas muncul, menyelinap, dan menjadikan diri berdaya kurang. Cemas berusaha keras memukul KO tenang. Berbagai pertanyaan tak terjawab dihantamkan ke pikiran. Tetap tak terjawab dan membuat tenang tak mampu berdiri. Bukan tak mampu, tapi sulit dan seperti kaku. Seringkali menjadi tenang itu lebih berharga dari memiliki … Continue reading
Tenang
** Ketika begitu banyak ketidakpastian atau ketidakteraturan, disitulah biasanya cemas muncul, menyelinap, dan menjadikan diri berdaya kurang. Cemas berusaha keras memukul KO tenang. Berbagai pertanyaan tak terjawab dihantamkan ke pikiran. Tetap tak terjawab dan membuat tenang tak mampu berdiri. Bukan tak mampu, tapi sulit dan seperti kaku. Seringkali menjadi tenang itu lebih berharga dari memiliki … Continue reading
Ambivert
Malam, purnama, dan melodi. Paduan sempurna menemani jiwa tenang saat ini. Hari ini begitu ramai, tidak seperti pasar sih, tapi cukup ramai hingga membuatku lebih banyak diam dan mengamati. Tadinya aku ingin banyak bicara, tapi lagi-lagi seperti biasa, aku gagal. Hm, ketika sudah banyak suara lain, aku lebih banyak hening seakan tak mampu bicara. Ah, … Continue reading